PELAJARAN 14
MENGUNGKAPKAN PENDAPAT TERHADAP PUISI MELALUI DISKUSI
Kompetensi Dasar 14.2 Menghubungkan isi puisi dengan realitas alam, sosial budaya, dan masyarakat melalui diskusi Indikator 1. Mampu menentukan konsep realitas alam 2. Mampu menentukan konsep sosial budaya 3. Mampu menentukan konsep masyarakat 4. Mampu menentukan isi/pesan yang terkandung dalam puisi 5. Mampu menghubungkan isi puisi dengan realitas alam 6. Mampu menghubungkan isi puisi dengan sosial budaya 7. Mampu menghubungkan isi puisi dengan masyarakat |
A. Konsep Realitas Alam
Realitas berasal dari bahasa Inggris real yang berarti nyata. Dalam KBBI (2008: 150), realitas didefinisikan sebagai kenyataan. Alam merupakan segala yang ada di langit dan di bumi (seperti bumi, bintang, kekuatan); sekeliling; lingkungan kehidupan; segala sesuatu yang termasuk satu lingkungan (golongan, dsb) dan dianggap sebagai satu keutuhan (KBBI, 2008:34). Jadi, realitas alam merupakan segala yang ada di lingkungan kehidupan manusia yang bersifat nyata.
B. Konsep Sosial Budaya
Bagian yang sangat penting dalam struktur sosial adalah sistem kekerabatan (http://id.wikipedia.org/wiki/budaya#definisi_budaya). Sistem kekerabatan suatu masyarakat dapat dipergunakan untuk menggambarkan struktur sosial dari masyarakat yang bersangkutan. Kekerabatan adalah unit-unit sosial yang terdiri dari beberapa keluarga yang memiliki hubungan darah atau hubungan perkawinan. Anggota kekerabatan terdiri atas ayah, ibu, anak, menantu, cucu, kakak, adik, paman, bibi, kakek, nenek dan seterusnya.
Kehidupan di lingkungan sosial berkenaan dengan masyarakat, dan perlu adanya komunikasi (KBBI, 2004:1331). Alat atau perwujudan budaya yang digunakan manusia untuk saling berkomunikasi atau berhubungan, baik lewat tulisan, lisan, ataupun gerakan (bahasa isyarat), dengan tujuan menyampaikan maksud hati atau kemauan kepada lawan bicaranya atau orang lain adalah bahasa. Melalui bahasa, manusia dapat menyesuaikan diri dengan adat istiadat, tingkah laku, tata krama masyarakat, sekaligus mudah beradaptasi dengan lingkungan dan segala bentuk masyarakat.
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani (http://anaksastra.blogspot.com/2009/05/hubungan-bahasa-dengan-budaya.html). Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai kultur dalam bahasa Indonesia. Dalam KBBI, budaya didefinisikan sebagai sesuatu mengenai kebudayaan yang sudah berkembang (beradab, maju); sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan dan sukar diubah (KBBI, 2008:214).
Sebuah kebudayaan besar biasanya memiliki subkebudayaan (atau biasa disebut subkultur), yaitu sebuah kebudayaan yang memiliki sedikit perbedaan dalam hal perilaku dan kepercayaan dari kebudayaan induknya. Munculnya subkultur disebabkan oleh beberapa hal, di antaranya karena perbedaan umur, ras, etnik, kelas, agama, pekerjaan, pandangan politik dan gender. Secara sosiologis, sebuah subkultur adalah sekelompok orang yang memiliki perilaku dan kepercayaan yang berbeda dengan kebudayaan induk mereka. subkultur dapat terjadi karena perbedaan usia anggotanya, ras, etnisitas, kelas sosial, dan/atau gender (http://id.wikipedia.org/wiki/Subkultur).
Hirschman dalam http://id.wikipedia.org/wiki/perubahan_sosial_budaya mengatakan bahwa kebosanan manusia sebenarnya merupakan penyebab dari perubahan. Perubahan sosial budaya terjadi karena beberapa faktor. Di antaranya komunikasi; cara dan pola pikir masyarakat; faktor internal lain seperti perubahan jumlah penduduk, penemuan baru, terjadinya konflik atau revolusi; dan faktor eksternal seperti bencana alam dan perubahan iklim, peperangan, dan pengaruh kebudayaan masyarakat lain. Ada pula beberapa faktor yang menghambat terjadinya perubahan, misalnya kurang intensifnya hubungan komunikasi dengan masyarakat lain; perkembangan IPTEK yang lambat; sifat masyarakat yang sangat tradisional; ada kepentingan-kepentingan yang tertanam dengan kuat dalam masyarakat; prasangka negatif terhadap hal-hal yang baru; rasa takut jika terjadi kegoyahan pada masyarakat bila terjadi perubahan; hambatan ideologis; dan pengaruh adat atau kebiasaan.
C. Konsep Masyarakat
Masyarakat merupakan salah satu satuan sosial sistem sosial, atau kesatuan hidup manusia. Istilah inggrisnya adalah society , sedangkan masyarakat itu sendiri berasal dari bahasa Arab Syakara yang berarti ikut serta atau partisipasi, kata Arab masyarakat berarti saling bergaul yang istilah ilmiahnya berinteraksi (http://smileboys.blogspot.com/2008/08/pengertian-masyarakat.html).
Masyarakat merupakan gejala (fenomena) sosial yang ada dalam kehidupan ini d iseluruh dunia. Oleh karena itu masyarakat oleh sosiologi dijadikan sebagai objek kajian atau suatu hal yang dipelajari terus-menerus. Karena sifat dari masyarakat itu sangat kompleks, banyak para akhli yang menjelaskan masyarakat dari sudut pandang yang berbeda-beda (http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/2097394-pengertian-masyarakat/)
Menurut Soekanto dalam http://dimazmarham.blogspot.com/2009/12/faktor-faktor-unsur-unsur-masyarakat-m.html bahwa alam masyarakat setidaknya memuat unsur-unsur:
1. Anggotanya sadar sebagai satu kesatuan.
2. Berhubungan dalam waktu yang cukup lama yang menghasilkan manusia baru yang saling berkomunikasi dan membuat aturan-aturan hubungan antar anggota masyarakat.
3. Menjadi sistem hidup bersama yang menimbulkan kebudayaan serta keterkaitan satu sama lain sebagai anggota masyarakat.
Menurut Marion Levy dalam http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2009/11/pengertian-masyarakat-3/ diperlukan empat kriteria yang harus dipenuhi agar sekumpulan manusia bisa dikatakan/disebut sebagai masyarakat, yaitu:
1. Ada sistem tindakan utama
2. Saling setia pada sistem tindakan utama
3. Mampu bertahan lebih dari masa hidup seorang anggota.
4. Sebagian atau seluruh anggota baru didapat dari kelahiran/reproduksi manusia.
D. Menghubungkan Isi Puisi dengan Realitas Alam, Sosial Budaya, dan Masyarakat
a. Menghubungkan Isi Puisi dengan Realitas Alam
Karya sastra mengacu pada nilai keindahan (estetika) yang berasal dari ekspresi hasrat manusia akan keindahan yang dinikmati dengan mata ataupun telinga. Sebagai makhluk yang mempunyai cita rasa tinggi, manusia menghasilkan berbagai corak karya sastra mulai dari yang sederhana hingga perwujudan karya sastra yang kompleks. Salah satu karya sastra itu adalah puisi. Puisi bisa tercipta melalui pengalaman seseorang maupun dari lingkungan atau realitas alam. Perhatikan puisi yang berisi realitas alam berikut!
HUTAN
Oleh: Sartini Dede Irawati
Hutan,
Tempat bernaung hewan dan tumbuhan,
Segar udara sang pepohonan
Kesejukan menghanyutkan
Hutan menanti fajar
Dedaunan menutup sinar
Hutan, Ingin engkau daku kunjungi
Ke wilayah bidadari
Kini berdiri aku menghadap hutan
Kutanam bunga dari taman
Semoga hutan tak akan punah
Meski kini gundul ditebang penjajah
Pada puisi Hutan, dapat kamu lihat bahwa pengarang menggunakan bahasa dan kata-kata yang berhubungan dengan alam dalam puisinya, seperti kata hutan, hewan, segar, pepohonan, kesejukan, yang biasa digunakan untuk mengungkapkan keindahan alam dalam kehidupan sehari-hari. Dari kata-kata yang digunakan pengarang, kamu bisa mengetahui bahwa puisi ini berhubungan dengan alam, seperti pada larik Hutan/Tempat bernaung hewan dan tumbuhan. Dari larik tersebut, jelas bahwa puisi ini mendeskripsikan bahwa hutan merupakan tempat hidupnya berbagai jenis hewan, dan tempat tumbuhnya berbagai jenis tumbuhan. Hutan menyimpan banyak kekayaan alam berupa keindahan dan kesegaran. Oleh karena itu, hutan harus dilindungi karena sangat bermanfaaat bagi kehidupan menusia seperti pada bait ketiga, Segar udara sang pepohonan/Kesejukan menghanyutkan. Melalui kata-kata pada bait tersebut, pengarang berusaha meyakinkan pembaca bahwa betapa besar manfaat hutan bagi kehidupan manusia. Hutan memberikan kesegaran dan kesejukan di tengah pemanasan global yang terjadi di muka bumi pada saat ini. Pengarang juga menyampaikan harapannya supaya kita semua menjaga keindahan alam tersebut agar terus bisa memberikan manfaatnya kepada kita pada bait terakhir puisinya, Semoga hutan tak akan punah/Meski kini gundul ditebang penjajah. Larik yang dirangkai oleh pengarang tersebut berupa ajakan kepada pembaca agar mau melindungi hutan supaya tidak punah meskipun kini telah banyak hutan yang gundul dan rusak akibat perbuatan manusia.
Dalam puisinya, pengarang menggunakan kata-kata yang biasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari agar puisi ini lebih komunikatif. Untuk membuat bahasa alami yang hidup, pengarang menggunakan kata-kata yang mudah dipahami oleh semua kalangan. Hal ini dilakukan pengarang agar bahasa puisinya mudah dipahami dan dinikmati oleh pembaca. Supaya kelihatan modern, yaitu untuk mendapat efek suasana yang lebih universal, dipergunakan kata-kata yang universal pula yang tentu bisa dipahami dan dicerna semua kalangan.
b. Menghubungkan Isi Puisi dengan Sosial Budaya
Aroma Pusara
Oleh: Sartini Dede Irawati
Nisan tumbuh di pusara
Indah hiasi tanah sepi
Kembangnya berjatuhan
Tebarkan aroma di atas pusara
Tetes kristal kubawa bersama
Di atas pusara kutaburkan
Yaasin Al-fatihah kubacakan
Ringan doa kupersembahkan
Penolong dan bekalmu berkekalan
Isak tangis kutinggalkan
Sebagai tanda kesedihan
Seikat melati kutitipkan
Sebagai aroma perpisahan
Pada puisi Aroma Pusara, pengarang mendeskripsikan kegiatan yang telah lazim dilakukan seseorang ketika mengunjungi pusara. Pengarang mengungkapkan kegiatan religius yang dilakukan seseorang di pusara pada bait kedua puisi tersebut, Tetes kristal kubawa bersama/Di atas pusara kutaburkan/Yaasin Al-fatihah kubacakan/Ringan doa kupersembahkan. Dari larik puisi pada bait kedua tersebut merupakan suatu budaya bagi suatu masyarakat. Di lingkungan masyarakat tertentu, setiap orang yang mengunjungi pusara, maka harus membaca yaasin, Al-fatihah dan mendoakan orang yang telah meninggal tersebut supaya tenang di sisi Tuhannya. Pengarang mendeskripsikan budaya tersebut sesuai dengan budaya yang dilakukan oleh masyarakat di lingkungannya. Pengarang menggunakan sudut pandang orang pertama dalam menciptakan puisi tersebut. Artinya, pengarang sendiri yang langsung melakukan budaya tersebut, sehingga budaya mengunjungi pusara bagi pengarang dapat tergambar dengan baik.
Budaya yang dideskripasikan oleh pengarang merupakan budaya yang bersifat religius. Kata-kata yang digunakan pengarang pun sangat berhubungan dengan unsur keagamaan. Seperti pada kutipan Yaasin Al-fatihah kubacakan/Ringan doa kupersembahkan. Melalui kata yaasin dan Al-Fatihah, dapat diketahui bahwa pengarang adalah seorang muslim. Beliau membacakan surat-surat tersebut ketika mengunjungi pusara seseorang. Selain itu, belaiu juga mendoakan almarhum yang dikunjungi, serta menitipkan seikat melati sebagai tanda perpisahan setelah dikunjungi, seperti pada larik Seikat melati kutitipkan/Sebagai aroma perpisahan. Dengan demikian, melaui kata-kata yang digunakan pengarang dapat kita simpulkan bahwa puisi ini berisi tentang budaya orang yang beragama Islam dalam aktivitas mereka mengunjungi pusara seseorang yang telah meninggal dunia.
c. Menghubungkan Isi Puisi dengan Masyarakat
Rayuan Rupiah
Oleh: Sartini Dede Irawati
Bicaramu indah bagai melodi
Suaramu merdu bak irama lagu
Hati busuk tertutup wajah lugu
Namun di tangan membawa belati
Kau bekerja atas gelarmu
Kau berkuasa atas jabatanmu
Kau tertawa di atas derita
Kau bahagia di atas sengsara
Rupiah siapakah di sakumu?
Milikmu hanya seribu
Tapi kau curi ratusan ribu
Rupiah milik masyarakatmu
Pada puisi Rayuan Rupiah, pengarang menggambarkan kejamnya kehidupan masyarakat pada zaman modern ini. Mereka yang pekerjaanya terhormat, namun malah membuat orang lain melarat. Mereka itulah para koruptor yang membuat menderita masyarakat, rakyat, dan negara. Pengarang mendeskripsikan kekejaman para koruptor pada puisi Rayuan Rupiah. Beliau berusaha menggambarkan para koruptor itu hanya pengubar janji, hanya indah di hati dan sangat busuk hatinya. Seperti pada larik berikut Bicaramu indah bagai melodi/Suaramu merdu bak irama lagu/Hati busuk tertutup wajah lugu/Namun di tangan membawa belati. Melalui larik-larik puisi tersebut, pengarang menggambarkan prilaku para pejabat yang ada di negeri ini. mereka hanya mengubar janji, tapi tanpa bukti. Utang Negara bukannya berkurang, melainkan makin bertambah.
Puisi Rayuan Rupiah ini mungkin hanya bisa membuat kamu geleng-geleng kepala, namun begitulah kejamnya kehidupan masyarakat saat ini, terutama di Ibu Kota Negara, di mana masyarakat kaya sama sekali tidak peduli dengan masyarakat miskin, tidak ada tolong-menolong. Mereka malah memasang pagar yang tinggi agar rumah masyarakat miskin yang kumuh tidak terlihat oleh mereka yang sepertinya akan mengganggu penglihatan mereka. Jangankan menolong, mereka seakan tidak melihat keadaan masyarakat yang membutuhkan pertolongan mereka. Sebenarnya, bukan mata mereka yang buta, melainkan hati yang di dalam dada. Memang menyakitkan jika kita yang mengalami hal seperti ini.
1. Bacalah puisi Nelayan karya Sartini Dede Irawati berikut! NELAYAN Ketika mentari tenggelam Pergilah ia ke laut dalam Di laut dapatkan nafkah Demi hidup keluarga penuh berkah “rejeki apakah hari ini?” “ikan tenggiri”, jawab suami Istri menumbuk berbagai rempah Ikan tenggiri dimasak sudah Inilah hidup para nelayan Ke laut untuk dapatkan ikan Bertamasya pun kadang tak sempat Malam melaut pagi mendarat Meski rejeki pas-pasan Namun halal kau dapatkan 2. Hubungkanlah isi puisi tersebut dengan: a. Realitas alam b. Sosial budaya c. Masyarakat |
LATIHAN |
EVALUASI |
1. Puisi berikut yang berisi tentang realitas alam adalah………
a. inilah melodi tiga belas
usia remaja mulai bebas
atur langkah agar tahu batas
terhindar dari musibah dan naas
b. ketika malam berhias bintang
ia melangkah mencari ketenangan
berbaring menatap indah sang bulan
berfikir untuk masa depan
c. bicaramu indah bagai melodi
suaramu merdu bak irama lagu
hati busuk tertutup wajah lugu
namun di tangan membawa belati
d. tak ingin berpisah darimu bunda
meski hanya sejengkal saja
kuingin nikmati hidup di sisimu
bersama hangat belai kasihmu
sampai berakhir waktu
e. kau bekerja atas gelarmu
kau berkuasa atas jabatanmu
kau tertawa di atas derita
kau bahagia di atas sengsar
2. Puisi berikut berisi tentang……….
waktu makin berlalu
aku telah dilamar orang
calon mertua datang bertandang
diiringi debuk rebana
adat berpantun tak dimakan zaman
cincin emas pun disematkan
(Sartini)
a. realitas alam
b. sosial budaya
c. adat
d. religius
e. lingkungan hidup
3. Bahasa sanksekerta yaitu buddhi diartikan sebagai…………….
a. hal-hal yang berkaitan dengan masyarakat
b. hal-hal yang berkaitan dengan budaya
c. hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan sosial
d. hal-hal yang berkaitan dengan akal budi
e. hal-hal yang berkaitan dengan realitas alam
4. Puisi berikut merupakan gambaran sosial budaya dari suku……………..
calon mertua datang bertandang
diiringi debuk rebana
adat berpantun tak dimakan zaman
cincin emas pun disematkan
(Sartini)
a. Bugis
b. Minang
c. Batak
d. Melayu
e. Sunda
5. Padanan kata masyarakat dalam bahasa Inggris adalah………..
a. syakara
b. society
c. massa
d. build
e. people
6. Puisi berikut mendeskripsikan seorang……..
rupiah siapakah di sakumu?
milikmu hanya seribu
tapi kau curi ratusan ribu
kau nikmati rupiah milik rakyatmu
(Sartini)
a. koruptor
b. pembunuh
c. perampok
d. politikus
e. presiden
7. Puisi berikut yang dapat dihubungkan dengan realitas alam adalah……..
a. bintang berkedip di malam hari
sona melangkah ke taman bakti
ia taburkan mawar mekar
di pusara para pendekar
berharap curahan hatinya di dengar
b. berbuat baik tidaklah mudah
iringi ilmu serta ibadah
sucikan hati untuk ilahi
c. amal barbuah pahala di bawa mati
“anakku sayang putri remaja
jaga dirimu dari bencana
hindari hati dari putus asa
agar tercapai segala cita-cita
d. kembalilah raga yang kupuja
sepi ini membuatku hampa
izinkan daku meneguk bahagia
e. ucapmu nan meluluh
enyahkan segala keluh
cinta kau beri ke dalam hati
8. Realitas berasal dari bahasa Inggris real yang berarti…………..
a. hidup
b. nyata
c. indah
d. kekal
e. sempurna
9. Puisi berikut berisi tentang……..
gubuk bahagia kuberi nama
sebagai tempat kita berkarya
meski kita tak berpunya
kita kan jadi manusia berguna
manusia berkarya untuk dunia
saling mencinta antar sesama
(sartini)
a. realitas alam
b. sosial budaya
c. sosial
d. masyarakat
e. lingkungan
a. buddhiyah
b. buddayyah
c. budhayyah
d. budiyah
e. buddhiyah
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi 4. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
http://anaksastra.blogspot.com/2009/05/hubungan-bahasa-dengan-budaya.html dikunjungi tanggal 15 Juni 2011 pukul 10.20 WIB.
http://dimazmarham.blogspot.com/2009/12/faktor-faktor-unsur-unsur-masyarakat-m.html dikunjungi tanggal 15 Juni 2011 pukul 10.50 WIB.
http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/2097394-pengertian-masyarakat/) dikunjungi tanggal 15 Juni 2011 pukul 10.43 WIB.
http://id.wikipedia.org/wiki/budaya#definisi_budaya dikunjungi tanggal 15 Juni 2011 pukul 10.30 WIB.
http://id.wikipedia.org/wiki/perubahan_sosial_budaya dikunjungi tanggal 15 Juni 2011 pukul 10.38 WIB.
http://id.wikipedia.org/wiki/Subkultur dikunjungi tanggal 15 Juni 2011 pukul 10.50 WIB.
http://smileboys.blogspot.com/2008/08/pengertian-masyarakat.html dikunjungi tanggal 15 Juni 2011 pukul 10.23 WIB.
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2009/11/pengertian-masyarakat-3/ dikunjungi tanggal 15 Juni 2011 pukul 10.33 WIB.
PELAJARAN 15
MEMAHAMI SASTRA MELAYU KLASIK
Kompetensi Dasar 15.1 Mengidentifikasi karakteristik dan struktur unsur intrinsik Sastra Melayu Klasik Indikator 1. Menentukan hakikat sastra Melayu Klasik yang meliputi: a. Pengertian sastra Melayu Klasik b. Ciri-ciri sastra Melayu Klasik c. Unsur intrinsik sastra Melayu Klasik d. Karakteristik sastra Melayu Klasik e. Struktur sastra Melayu Klasik f. Penggolongan sastra Melayu Klasik 2. Mengidentifikasi karakteristik unsur intrinsik sastra Melayu Klasik 3. Mengidentifikasi struktur unsur intrinsik sastra Melayu Klasik |
1. Pengertian Sastra Melayu Klasik
Sastra Melayu Klasik bermula pada abad ke-16 Masehi. Semenjak itu sampai sekarang gaya bahasanya tidak banyak berubah. Sastra Melayu Klasik adalah sastra yang hidup dan berkembang di daerah Melayu pada masa sebelum dan sesudah Islam hingga mendekati tahun 1920-an di masa Balai Pustaka. Masa sesudah Islam merupakan zaman di mana sastra Melayu berkembang begitu pesat karena pada masa itu banyak tokoh Islam yang mengembangkan sastra Melayu (http://melayuonline.com).
Sastra Melayu Klasik termasuk sastra Indonesia Klasik, artinya sastra Klasik yang ditulis dalam semua bahasa daerah yang terdapat di wilayah Indonesia, termasuk bahasa Melayu. Sastra Melayu Klasik juga diartikan sebagai sastra berkembang sebelum pertemuan dan pengaruh kebudayaan Barat. Dahulu, sastra Melayu Klasik beredar secara lisan dari mulut ke mulut di tengah masyarakat. Dalam perkembangannya, sastra lisan itu ditulis. (Isdriani, 2004:61).
Sastra Melayu Klasik memiliki persamaan dengan sastra rakyat Melayu. Sastra rakyat Melayu merupakan hasil sastra milik masyarakat Melayu yang disebarkan dan diturunkan dari generasi ke generasi secara lisan. Oleh sifatnya yang tradisional, sastra rakyat Melayu hidup dalam suatu kebudayaan dalam bentuk yang relatif tetap. Karena sifat kelisanannya, sastra rakyat Melayu wujud dalam berbagai versi. Proses penyebarannya yang melalui penuturan telah mengakibatkan berlakunya perubahan dan penyesuaian yang akhirnya melahirkan versi-versi yang berbeda (Rahman, 2004: 25).
Salah satu bentuk sastra Melayu Klasik tersebut adalah Hikayat. Hikayat adalah salah satu bentuk sastra prosa yang berisikan tentang kisah, cerita, dongeng maupun sejarah. Umumnya mengisahkan tentang kehebatan maupun kepahlawanan seseorang lengkap dengan keanehan, kesaktian serta mukjizat tokoh utama (http://islam-download.net/contoh-contoh/contoh-hikayat-sastra-melayu-klasik.html).
2. Ciri-ciri Sastra Melayu Klasik
1. Berbahasa Klise (Biasanya diawali: Syahdan, Hatta, Pada suatu hari, Alkisah)
2. Ceritanya seperti gambaran masyarakat yang statis
3. Digunakan untuk mendidik masyarakat sekitar pada zaman itu
4. Merupakan sastra lisan
5. Tidak diketahui nama pengarangnya (Anonim)
6. Cerita berkisar kehidupan kekerajaan atau kaum bangsawan
3. Unsur-unsur Intrinsik Sastra Melayu Klasik
Dilihat dari unsur-unsurnya, naskah sastra Melayu Klasik juga memiliki tema, penokohan, sudut pandang, alur, amanat, dan nilai-nilai, seperti halnya cerpen dan novel (http://islam-download.net/contoh-contoh/contoh-hikayat-sastra-melayu klasik.html).
a. Tema adalah ide pokok yang mendasari sebuah cerita. Pada umumnya naskah Melayu Klasik mempunyai tema perjuanganm percintaan, pendidikan, dan keagamaan
b. Tokoh dan Penokohan. Ada tiga karakter tokoh, yaitu:
· Protagonis (tokoh utama/berwatak baik)
· Antagonis (tokoh dengan watak jahat)
· Trigonis tokoh penengah atau pelerai konflik.
c. Latar (setting) adalah latar belakang cerita. Ada tiga macam latar: (1) latar tempat; (2) latar waktu; dan (3) latar suasana.
d. Sudut pandang adalah posisi pengarang dalam cerita. Terdapat tiga jenis sudut pandang.
· Pengarang sebagai tokoh cerita, jika tokoh utamanya ’aku’, disebut sebagai sudut pandang orang pertama pelaku utama
· Pengarang sebagai tokoh sampingan, jika terdapat tokoh ’aku’ yang bukan sebagai tokoh utama, disebut sebagai sudut pandang orang pertama pelaku sampingan
· Pengarang serba tahu, jika pengarang dapat memaparkan kehidupan tokoh utama dama berbagai hal, disebut sebagai sudut pandang orang ketiga serba tahu
e. Alur adalah rangkaian peristiwa yang saling berhubungan membentuk suatu cerita. Ada tiga jenis alur cerita:
· Alur maju, apabila cerita dipaparkan dari awal hingga akhir secara berurutan.
· Alur mundur (flash back), apabila cerita bermula dari masa kini menuju awal peristiwa secara berurutan;
· Alur campuran, apabila penceritaannya menggunakan gabungan antara alur maju dan alur mundur.
f. Amanat adalah pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembacanya.
g. Gaya bahasa merupakan sarana sastra yang amat penting karena hal inilah yang akan membedakan antara pengarang yang satu dengan yang lain.
4. Karakteristik Sastra Melayu Klasik
Karakteristik sastra Melayu Klasik adalah:
a. Penggunaan kosakata yang pada saat ini tidak lazim dipergunakan dalam berbahasa Indonesia.
Contoh: … akan menghibur hati yang masgul (sedih).
Contoh: … akan menghibur hati yang masgul (sedih).
b. Cerita selalu diawali dengan kata penghubung yang menyatakan bahwa cerita tersebut tidak diketahui tempat dan waktu secara pasti.
Contoh: alkisah inilah cerita orang dahulu kala, hikayat namanya, terlalu indah-indah ceritanya…
c. Penggunaan kata penghubung maka dalam awal kalimat.
Contoh: Maka titah sang Nata, ”Yayi Suri, telah sebenarnya seperti kata Adinda itu.” maka sang Nata pun membuat tempat memuja.
d. Penggunaan dikisi atau pilihan kata yang kurang tepat.
Contoh: Maka dikarang oleh segala orang yang bijaksana prama kawi.
e. Penggunaan kalimat yang tidak efektif
Contoh: Sebermula pada zaman dahulu ada raja di Tanah Jawa empat bersaudara, terlalu amat besar kerajaannya.
f. Cerita tidak ada pengarangnya atau anonim.
5. Struktur Sastra Melayu Klasik
Struktur adalah tata hubungan antara bagian-bagian suatu karya sastra. Struktur merupakan rangkaian pokok masalah tertib penyajian. Menurut Isdriani (2004:63), struktur secara umum alur sebuah cerita rekaan atau fiksi terdiri atas:
a. Bagian awal, meliputi paparan, rangsangan dan gawatan.
- Paparan → Bagian awal karya sastra yang berisi keterangan tentang tokoh dan latar
- Rangsangan → peristiwa yang terjadi segera setelah berakhirnya bagian paparan serta peristiwa yang memulai timbulnya gawatan. Peristiwa tersebut sering kali ditimbulkan oleh masuknya seorang tokoh baru.
- Gawatan → bagian alur yang mencakup rumitan, tikaian, serta menuju klimaks atau titik balik
b. Bagian tengah, meliputi tikaian, rumitan, dan klimaks
- Tikaian → ketegangan atau pertentangan antara dua kekuatan. Pertentangan ini dapat terjadi dalam diri satu tokoh, antara dua tokoh, antara tokoh dan masyarakat atau lingkungannya serta antara tokoh dan alam.
- Rumitan → bagian tengah dari alur yang mengembangkan tikaian
- Klimaks → bagian alur yang melukiskan puncak ketegangan, terutama dipandang dari segi tanggapan emosional pembaca
c. Bagian akhir, meliputi leraian dan penyelesaian.
- Leraian → bagian struktur alur setelah tercapai klimaks yang menunjukkan perkembangan cerita ke arah selesaian
- Selesaian → penyelesaian tikaian dramatik pada akhir suat karya sastra
6. Penggolongan Sastra Melayu Klasik
Sastra Melayu Klasik tidak dapat digolongkan berdasarkan jangka waktu tertentu karena hasil karyanya tidak memperlihatkan waktu (http://Kompas.blogspot.com). Semua karya berupa milik bersama. Oleh karena itu, penggolongan sastra Melayu Klasik biasanya berdasarkan pada bentuk, isi, dan pengaruh asing.
1. Kesusastraan Rakyat/kesusastraan Asli (Masa Purba)
Kesusastraan rakyat/Kesusastraan melayu asli, hidup ditengah-tengah masyarakat. Cerita itu diturunkan dari orang tua kapada anaknya, dari nenek moyang kepada cucunya, dari pencerita kepada pendengar. Penceritaan ini dikenal sebagai sastra lisan (oral literature). Kesusastraan yang tumbuh tidak terlepas dari kebudayaan yang ada pada waktu itu. Pada masa Purba (sebelum kedatangan agama Hindu, Budha dan Islam) kepercayan yang dianut masyarakat adalah animisme dan dinamisme. Karena itu, cerita mereka berhubungan dengan kepercayaan kepada roh-roh halus dan kekuatan gaib yang dimilikinya. Misalnya, Cerita asal-usul, Cerita binatang, Cerita Jenaka dan Cerita Pelipur lara (http://mylov3-myenemy.blogspot.com/2010/01/sastra-melayu-klasik-sebagai-sastra.html).
2. Pengaruh Hindu-Budha dalam Kesusastraan Melayu Klasik
Pengaruh Hindu Budha di Nusantara sudah sejak lama. Menurut Yock Fang dalam http://mylov3-myenemy.blogspot.com/2010/01/sastra-melayu-klasik-sebagai-sastra.html, yang menyebarkan agama Hindu di Melayu adalah para Brahmana. Mereka diundang oleh raja untuk meresmikan yang menjadi ksatria. Kemudian dengan munculnya agama Budha di India maka pengaruh India terhadap bangsa Melayu semakin besar. Apalagi agama Budha tidak mengenal kasta, sehingga mudah beradaptasi dengan masyarakat Melayu.
3. Kesusastraan Pada Masa Peralihan Hindu Budha ke Islam
Sastra zaman Islam adalah sastra yang lahir dari pertemuan sastra yang berunsur Hindu dengan sastra yang berunsur Islam di dalamnya. Contoh karya-karya sastra yang masuk dalam masa ini adalah Hikayat Puspa Raja, Hikayat Parung Punting, Hikayat Lang-lang Buana, dan sebagainya. Sastra pengaruh Islam adalah karya sastra yang isinya tentang ajaran agama Islam yang harus dilakukan oleh penganut agama Islam.
Perkembangan agama Islam yang pesat di Nusantara sebenarnya bertalian dengan perkembangan Islam di dunia. Pada tahun 1198 M. Gujarat ditaklukkan oleh Islam. Melalui Perdagangan oleh bangsa Gujarat, Islam berkembang jauh sampai ke wilayah Nusantara. Pada permulaan abad ke-13 Islam berkembang pesat di Nusantara (http://mylov3-myenemy.blogspot.com/2010/01/sastra-melayu-klasik-sebagai-sastra.html). Pada abad ke-16 dan ke-17 kerajaan-kerajaan di Nusantara satu persatu menjadi wilayah jajahan bangsa-bangsa Eropa yang pada mulanya datang ke Nusantara karena mau memiliki rempah-rempah (http://Kompas.blogspot.com).
Bacalah Sastra Melayu Klasik berikut!
Raja Bintan
Sekali peristiwa ada seorang raja keinderaan. Maka raja itu terlalu besar kerajaannya, pada segala raja indera seorang pun tiada menyamai dia; sekaliannya menurut titahnya baginda itu.
Syahdan apabila baginda keluar, dihadap oleh segala raja-raja dan menteri hulubalang, maka beberapa pedang yang sudah terhunus kepada kiri kanan baginda itu, dan beberapa puluh bentara yang memangku pedang yang berikatkan emas, bertahtakan ratna mutu manikam. Apabila baginda bertitah pada segala raja-raja dan menteri di kanan, maka bentara kanan menyampaikan titah baginda itu. Maka apabila baginda memandang ke kiri bertitah, maka bentara kirilah menyampaikan titah baginda itu. Maka apabila baginda memandang ke kanan, maka segala raja-raja dan menteri sekalian menyembah, apabila baginda berpaling ke kiri, maka sekalian raja-raja dan menteri di kiri semuanya menyembah baginda itu.
Adapun nama baginda itu Sang Pertala Dewa. Adapun Sang Pertala Dewa itu tahu akan dirinya akan beroleh anak. Maka anaknya itulah akan menjadi raja di Bukit Seguntang. Maka daripada anak cucu baginda itu, akan menjadi raja besar-besar pada akhir zaman.
Maka tersebutlah pula perkataan seorang raja, terlalu besar kerajaannya; maka istri baginda itupun hamillah. Setelah genaplah bulannya, maka permaisuri beranaklah seorang perempuan, terlalu amat elok rupanya dan kelakuannya. Pada masa zaman itu, seorang pun tiada menyamai rupanya anak raja itu. Maka dinamai oleh ayahanda bunda baginda tuan puteri Kemala Ratna Pelinggam. Maka dipeliharalah oleh paduka ayahanda bunda baginda dengan sepertinya.
Syahdan maka paduka ayahanda bundapun terlalu amat kasih akan anakanda baginda itu. Hatta berapa lamanya, maka beberapa anak raja-raja datanglah hendak meminang tuan puteri itu, akan tetapi tiada diberi oleh paduka bunda baginda, karena segala raja-raja yang hendak meminang itu tiada sama dengan bangsa baginda itu, karena bundanya itu raja keinderaan.
Maka bagindapun bertitah kepada perdana menteri, suruh memanggil segala ahlunnujum dan segala sasterawan. Maka sekaliannya pun datang menyembah baginda. Baginda bertitah untuk melihat akan untung bahagia puterinya.
Maka segala ahlunnujum itupun menyembah baginda, lalu melihat di dalam nujumnya. Setelah dilihatnya, aka segala ahlunnujum itupun masing-masing menggerakkan kepalanya. Baginda pun menjadi heran melihat hal tersebut, maka baginda bertanya mengapa mereka menggerakkan kepalanya.
Maka sembah segala ahlunnujum dan segala sasterawan kepada baginda. Seorang ahlunnujum mengatakan bahwa puteri akan bahagia dan beroleh suami anak raja jika puteri ditaruh pada suatu pulau yang bernama Biram Dewa dengan suatu mahligai dan dayang-dayang.
Maka baginda mendengar segala sembah ahlunnujum dan sasterawan demikian itu, maka baginda pun bangkitlah berdiri hendak masuk mendapatkan permaisuri. Baginda pun menceritakan mengenai segala sembah ahlunnujum kepada permaisuri. Maka sembah permaisuri menjunjung titah baginda.
Setelah baginda mendengar sembah permaisuri itu, maka baginda pun menitahkan perdana menteri membuat mahligai di atas pulau Biram Dewa itu. Tiada berapa lamanya, mahligai itupun sudah; maka peda ketika itu juga baginda pun melengkapi anakanda baginda dengan inang pengasuhnya dan dayang-dayang dengan sepertinya. Maka tuan puteri Kemala Ratna Pelinggam pun dipeluk dicium dan ditangisinya oleh ayahanda bunda baginda.
Maka tuan puteri Kemala Ratna Pelinggam pun menyembah ayahanda bunda baginda. Maka tuan puteri pun dibawa oleh segala menteri ke pulau Biram Dewa itu. Setelah sampai maka segala orang yang mengantar itupun kembalilah berdatang sembah kepada baginda.
Sekali peristiwa maka baginda bertitah kepada segala menteri hulubalang bahwa esok hari hendak turun ke pulau Biran Dewa hendak pergi bermain-main dan berburu. Maka mangkubumi pun bermohonlah keluar, berlengkap gajah dan kuda dan rakyat sekalian. Keesokan harinya, maka raja pun berangkatlah dengan segala menteri hulubalang dan rakyat sekalian, lalu turun ke pualu itu berburu…………
Sumber: Hikayat Hang Tuah I oleh Bot Genot Schap (2010:3-5)
1. Tentukan karakteristik unsur-unsur intrinsik Hikayat Raja Bintan yang meliputi: a. tema b. latar (setting) c. sudut pandang (point of view) d. penokohan e. gaya bahasa f. amanat 2. Identifikasikan struktur unsur intrinsik Hikayat Raja Bintan! |
LATIHAN |
EVALUASI |
1. Sastra yang berkembang di daerah Melayu sebelum pertemuan dan pengaruh kebudayaan Barat disebut……
a. sastra tradisional
b. sastra Melayu Klasik
c. sastra daerah
d. sastra primitif
e. sastra kontemporer
2. Dasar cerita sebagai titik tolak dalam penyusunan cerita disebut…………….
a. tema
b. plot
c. setting
d. diksi
e. point of vie
3. Apakah yang dimaksud dengan tikaian dalam alur?
a. bagian alur yang mencakup rumitan, tikaian, serta menuju klimaks atau titik balik
b. bagian awal karya sastra yang berisi keterangan tentang tokoh dan latar
c. ketegangan atau pertentangan antara dua kekuatan
d. peristiwa yang terjadi segera setelah berakhirnya bagian paparan
e. bagian alur yang melukiskan puncak ketegangan, terutama dipandang dari segi tanggapan emosional pembaca
4. Struktur secara umum sastra Melayu Klasik terdiri atas………….
a. Perkenalan, pertikaian, penyelesaian
b. Bagian awal, bagian tengah, bagian akhir
c. Perkenalan, konflik, klimaks, antiklimaks
d. Bagian awa, bagian pendahuluan, bagian cerita, bagian penutup
e. Pertemuan, permasalahan, pemecahan masalah
5. Berikut adalah contoh sastra Melayu Klasik, kecuali……..
a. fabel
b. sage
c. puisi
d. hikayat
e. mitos
6. Salah satu pahlawan Melayu yang sering diceritakan kisahnya dalam hikayat adalah………
a. Dang Merdu
b. Hang Lekiu
c. Hang Kasturi
d. Badang Perkasa
e. Hang Tuah
7. Siapakah nama Raja Bintan dalam Hikayat Raja Bintan?
a. Sang Pertala Dewa
b. Sang Purba
c. Puteri Kemala Ratna Pelinggam
d. Raja Indera
e. Raja Keinderaan
8. Karakteristik sastra Melayu Klasik adalah ………
a. Penggunaan kosakata yang lazim digunakan pada saat ini
b. Penggunaan kata penghubung maka di akhir kalimat
c. Penggunaan kalimat yang efektif
d. Pengarang cerita jelas
e. Penggunaan diksi yang tidak tepat
9. Ciri-ciri sastra Melayu Klasik sebagai berikut, kecuali………..
a. berbahasa Klise
b. ceritanya seperti gambaran masyarakat yang statis
c. digunakan untuk mendidik masyarakat sekitar pada zaman itu
d. diketahui nama pengarangnya
e. cerita berkisar kehidupan kekerajaan atau kaum bangsawan
10. Penggolongan sastra Mealyu Klasik biasanya berdasarkan pada………….
a. isi, budaya, dan amanat
b. bentuk, karakteristik, dan budaya
c. budaya, bentuk, dan isi
d. isi, bentuk, dan pengaruh asing
e. pengaruh asing, isi, dan budaya
DAFTAR PUSTAKA
Isdriani, pudji. 2004. Kompetensi Bahasa dan Sastra Indonesia. Jakarta: Literatur Media Sukses.
Rahman, Elmustian. 2004. Sastra Rakyat. Pekanbaru: Labor Bahasa, Sastra, dan Jurnalistik.
Schap, Bot Genot. 2010. Hikayat Hang Tuah I. Jakarta: Pusat Bahasa Kementerian Pendidikan Nasional.
http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20110315081329AADz8cg dikunjungi tanggal 15 Juni 2011 pukul 11.10.
http://islam-download.net/contoh-contoh/contoh-hikayat-sastra-melayu-klasik.html dikunjungi tanggal 15 Juni 2011 pukul 11.30.
http://kompas.blogspot.com dikunjungi tanggal 15 Juni 2011 pukul 11.25.
http://melayuonline.com dikunjungi tanggal 15 Juni 2011 pukul 11.15.
QQTAIPAN .ORG | QQTAIPAN .NET | TAIPANQQ .VEGAS
BalasHapus-KARTU BOLEH BANDING, SERVICE JANGAN TANDING !-
Jangan Menunda Kemenangan Bermain Anda ! Segera Daftarkan User ID nya & Mainkan Kartu Bagusnya.
Dengan minimal Deposit hanya Rp 20.000,-
1 user ID sudah bisa bermain 7 Permainan.
• BandarQ
• AduQ
• Capsa
• Domino99
• Poker
• Bandarpoker.
• Sakong
Kami juga akan memudahkan anda untuk pembuatan ID dengan registrasi secara gratis.
Untuk proses DEPO & WITHDRAW langsung ditangani oleh
customer service kami yang profesional dan ramah.
NO SYSTEM ROBOT!!! 100 % PLAYER Vs PLAYER
Anda Juga Dapat Memainkannya Via Android / IPhone / IPad
Untuk info lebih jelas silahkan hubungi CS kami-Online 24jam !!
• WA: +62 813 8217 0873
• BB : D60E4A61
• BB : 2B3D83BE